Kamis, 25 Februari 2021

Pengalaman Pertama Membeli Saham

Pengalaman Pertama Membeli Saham



Penulis pertama kali membeli saham itu tahun 2019, memang pada saat itu lagi booming nabung saham, saham yang pertama kali dibeli adalah saham SRIL, Sri Rezeki Isman. Penulis berpendapat saham tersebut bagus dan yang paling penting murah, hmmm kayaknya dulu harganya Rp 300 per lembar saja, gak hanya satu saham, penulis juga membeli saham Alfamart, Telkom, Unilever, Sido dan saham-saham lainnya. Penulis lupa sih ya. Hahahaha.


Penulis membeli melalui broker saham, namanya Ipotfund, nah ini kalau pembaca ingin beli saham maka harus mencari broker saham terlebih dahulu. Sebelumnya penulis sudah daftar Ipotfund, cuma untuk reksa dana saja. Penulis menghubungi Cs nya, apakah bisa membeli saham dengan Ipotfund yang awalnya untuk Reksadana?, Jawabannya Iya bisa. Woooow.


Untuk Memulai beli saham penulis diharuskan meng-install aplikasi Ipotfund, setelah itu baru bisa membeli saham. Ups ada yang kelupaan, tentunya penulis diharuskan deposit dana sesuai yang dibutuhkan untuk membeli saham. Hmmm waktu itu total deposit mencapai Rp 2 juta sih ya. Nanti pembeli saham akan diberikan yang namanya tabungan RDN (Rekening Dana Nasabah), Penulis sudah punya ini karena pernah digunakan untuk membeli Reksadana, penulisa menggunakan RDN BCA, apakah kita bisa memlih RDN sesuka hati, penulis kurang tahu, mungkin lain waktu penulis akan menanyakan hal ini kepada CS Ipotfund.


Sayannya kondisi tahun 2019 itu kurang bagus, apalagi kalau bukan perselisihan Amerika dan China masalah perang dagang, Semua negara mengalami dampaknya tak terkecuali dengan Indonesia, padahal Pemerintahan pak Jokowi banyak mengeluarkan kebijakan yang mendukung perekonomian negara, yang sebetulnya bikin bursa saham Indonesia hijau alias untung. Waktu perang dagang memang masih bisa ditahan sih ya, tapi lebih cenderung menurun.


O iya, penulis sebetulnya ga sembarang beli-beli saham juga, penulis menggunakan tool gratisan seperti Investing.com. Pertama penulis memasukkan nama-nama emiten yang menurut penulis saham menarik, kebanyakan penulis memasukkan nama-nama emiten yang sudah familiar di telingan penulis seperti Unilever, Telkom, Sido muncul dan Alfamart, kemudian penulis susun berdasarkan YTD Year To Date, penulis lihat grafiknya apakah naik, menurun atau naik turun, penulis juga memperhatikan keuntungan dalam 3 tahun terakhir. Sebenarnya untuk membeli saham tidak sesedarhana lihar grafik gitu ya, masih banyak faktor lainnya.


Tadi sudah diceritakan bagaimana kondisi perekonomian baik dalam dan luar negeri gak begitu bagus, puncaknya pas virus corona menyebar, dah itu langsung turun semua saham, yang tadinya karena perang dagang sekarang malah ketiban virus, ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga. memang yang lebih mengerikan ini ya virus corona, semua orang gak boleh keluar, tidak boleh berkumpul dan lain0lain, itu pas hari pertama corona. Ya sudah, Portofolia saham penulis banyak mengalami kerugian, kalau gak salah ingat hampir 20% langsung penulis cut loss.


Yang ingin penulis sampaikan adalah saham tidak melulu tentang keuntungan tapi cut loss jika terjadi sesuatu yang sanat buruk guna menkan kerugian, kadang-kadang masih ada yang menahan kerugian mencapai 50%, dengan harapan harga saham naik lagi, ya memang benar sih memang naik lagi, karena tahun 2021 saham banyak yang naik karena faktor vaksin yang diklaim ampuh melawan corona, tapi untuk balik modal masih lama. Sekian pengalaman penulis membeli saham pertama kali. Semoga bermanfaat.

Rabu, 17 Februari 2021

Bukan Main Saham Tapi Investasi Saham

Investasi Saham



Jadi penulis sempat membaca di suatu portal berita dengan judul tips main saham. Penulis kurang berkenan dengan istilah main saham. Istilah main saham sendiri beranggapan negatif, malah jatuhnya seperti judi. Saham bukanlah permainan, butuh modal dan pengetahuan untuk membeli saham suatu perusahaan, selain analisis tentang saham perusahaan, juga harus memahami kondisi perekonomian suatu negara yang memang berdampak langsung dengan saham perusahaan tersebut. Jadi istilah main saham itu salah besar.


Mari berbicara modal untuk membeli saham. Memang dengan modal 100 ribu saja bisa membeli saham, tapi saham tersebut kurang bagus (ada juga yang bagus sih). Untuk membeli saham bagus, yang biasanya masuk kategori LQ45 membutuhkan kurang lebih diatas 1 juta rupiah, apakah tepat jika kita memakai istilah main saham? Jelas tidak.


Dari pada memakai istilah main saham, maka lebih baik disebut berinvestasi saham, jika kita pikir-pikir memang membeli saham adalah dengan harapan mendapatkan Deviden, yang mana untuk sebuah perusahaan di Indonesia biasanya membagikan deviden setiap setahun sekali. Investor kecil biasanya membeli saham dengan cara dicicil setiap bulan, Memang dengan membeli saham ada keuntungan yang didapat dengan cara kenaikan harga saham. Akan tetapi yang benar adalah membeli saham dengan tujuan investasi jangka panjang dengan mengharapkan deviden yang dibagikan perusahaan.


Penulis berpendapat istilah main saham bisa dikatakan seperti judi, misalnya membeli saham dengan jumlah yang besar tapi mengharapkan kenaikan tiba-tiba, katakanlah ratusan persen dalam waktu singkat. Di dunia saham memang bisa terjadi, tapi sangat bahaya, karena saham tersebut digerakkan oleh bandar. Biasanya saham bisa dikendalikan oleh bandar dengan volatilitas rendah, bisanya harga saham adalah 50 rupiah hingga 100 rupiah dan tidak masuk kategori LQ45. Penulis sangat mengharapkan untuk menghilangkan istilah main saham karena mengandung konotasi negatif. Mudah-mudahan artikel ini bisa dipahami oleh orang-orang yang barus saja mengenal saham.

Kamis, 11 Februari 2021

Pengalaman Jualan dengan Cara Dropshipping

Jualan dengan cara Dropshipping



Penulis akan membagikan pengalaman tentang Dropshipping untung dan ruginya. Pertama kali Dropshiping penulis menjual dengan mengambil keuntungan Rp 10.000, hmmm apakah itu dikit? gak juga itu termasuk lumayan lah ya... O iya sebelum penulis melanjutkan cerita, penulis akan mendefinisikan apa itu Dropshipping.


Dropshipping adalah menjual barang dari pedagang lain dengan cara menaikkan harga dari harga normal yang dijual dari pedagang, sebenarnya keuntungan Dropshipping tidak terlalu menguntungkan, pelaku dropshipping hanya mengambil selisih/keuntungan yang sangat kecil, bahkan berdasarkan  pengalaman penulis, pernah memnjual barang dengan mengambil keuntungan hanya selisih Rp 2000 saja. Selain itu jika dijual di pasaran malah yang ada kalah dari penjual lainnya.


Pengalaman pertama penulis Dropshipping adalah menjual Rak buku dinding atau biasa disebut rak buku melayang, penulis hanya mengambil keuntungan Rp 10.000, penulis menjual rak buku di Tokopedia, barangnya diambil dari surabaya. Pengalaman kedua, penulis menjual Memory card, hanya saja tidak gratis, maksudnya disuruh membayar sebagai keanggotaan gitu. Barangnya laku banyak, memang untuk memeory card memang banyak dicari sih ya, hanya saja penulis cuma mengambil keuntungan Rp 2000 saja, harga yang dipatok agak mahal, masih kalah dengan seller lainnya, selain di tokopedia, penulis juga menjual di OLX dan Bukalapak. Penulis sempat berhenti berjualan Memory Card, karena dirasa kurang menguntungkan.


Pengalaman ketiga ini yang paling tidak enak, Penulis menjual jam tangan dengan dropshipping dari Tokopedia, kemudian menjual di Bukalapak. Kenapa tidak enak, sebenarnya jamnya bagus, malah laku keras, penulis bahkan menggunakan fitur iklan Bukalapak berdasarkan keyword, hasilnya laku keras, memang sih sebelum menjual jam tangan, penulis sempat survey kalau memang jam tangan banyak diminati oleh orang Indonesia. Penulis menjual jam tangan merek SKMEI. Nah disini masalahnya. Adanya perbedaan dalam menerima pesanan sampai dikirim ke pembeli, Tokopedia dan Bukalapak memiliki aturan waktu berbeda mengenai aturan pemesanan tersebut.


Di Bukalapak hanya diberi kesempatan, kalau tidak salah cuma 2 hari, sedangkan Tokopedia memiliki waktu yang lebih panjang (lebih dari 3 hari), masih ingat, penulis memiliki 4 orderan, dan semuanya orderan tersebut batal karena tidak tepat waktu, nah dai seller Tokopedia barangnya tetap dikirim ke pembeli. Akhirnya penulis menghubungi si pembeli di Bukalapak, ada yang di respon ada yang tidak, pembeli yang direspon akhirnya bersedia membayar melalui transfer bank, yang lain...ya sudahlah, ikhlas saja. hahaha.


Seller jam tangan di Tokopedia termasuk Diamond reputasinya, barangnya banyak yang laku dan memang murah-murah. hmmm ternyata reputasi bagus juga tidak cukup. Tidak semuanya seller di Tokopedia memanfaatkan waktu yang panjang yang diberikan oleh Tokopedia, ada juga yang tidak sampai satu hari langsung dikirim. Hanya saja penulis menyarankan agar diperhatikan aturan marketplace, maksudnya apakah aturan pengiriman sama atau berbeda, dalam hal ini Tokopedia dan Bukalapak memiliki aturan berbeda. Perhatikan statistik toko di keterangan proses pengiriman, jika di keterangan "sangat cepat" maka Toko tersebut layak dihadikan Dropshipping kita.


Menurut penulis lebih menguntungkan jika menjadi Reseller, kenapa begitu? Karena keuntungan yang diraih lebih besar, ya memang sih yang namanya Reseller maka harus mengeluarkan modal yang lebih banyak, karena kita membeli barang dalam jumlah banyak untuk mendapatkan barang yang lebih murah. Nah untuk Dropshipping memang lebih cocok bagi kita yang bermodal sedikit, bahkan tanpa modal sama sekali, hanya saja, keuntungan yang diraih memang sedikit.

Minggu, 07 Februari 2021

Pengalaman Menggunakan Tokopedia Ads

Pengalaman Menggunakan Tokopedia Ads



Kali ini penulis akan berbagi pengalaman menggunakan Tokopedia Ads, apakah worth It?. Pada suatu waktu Penulis mendapatkan notifikasi dari Tokopedia bahwa penulis diberi kesempatan untuk mencoba Tokopedia ads dengan budget Rp 500 ribu, nah yang menarik adalah penulis langsung mencoba fitur otomatis mengiklankan semua dagangan penulis (Sebetulnya gak semua sih). Dan ini yang penulis rasakan, banjir orderan, itu penulis coba di bulan september.


Budget yang dihabiskan mencapai Rp 200 ribu saja, dalam kesempatan ini penulis juga mengiklan ads berdasarkan keyword pencarian, nah sebulan kemudian Penulis mencoba dengan modal Rp 100 ribu, alih-alih oerderan banyak, yang ada malah rugi. Penulis gak terlalu paham, apakah memang karena Corona? rasanya gak juga, jualan buku gak begitu pengaruhnya terhadap corona, walaupun setelah mencoba trial tokopedia ads memang jualan penulis memang agak menurun sampai bulan januari 2021. Oh iya penulis mendapatkan trial ini di bulan september kalau gak salah.


Lantas bagaimana pendapat penulis tentang Tokopedia Ads ini? Hmmm Awalnya sih menggembirakan, tapi pas dicoba dengan biaya sendiri malah sepi-sepi saja. Tapi itu ya memang bukan salah Tokopedia Ads juga sih, mungkin faktor lainnya juga. Menurut Penulis Fitur Tokopedia Ads yang bagus memang berdasarkan pencarian keyword, jadi memang pengunjung ke Tokopedia memang untuk membeli dan mengetikkan barang yang dicarinya, nah barang yang kita iklankan akan muncul di posisi teratas (tergantung biaya per klik yang disetting, makin tinggi makain sering posisi dia atas berdasarkan keyword pencarian).


Penulis masih ingat pada saat awal-awal corona, penulis menjual Hand Sanitizer dan langsung menggunakan Tokopedia Ads (pakai biaya sendiri, promo tokopedia ads belum dotawarkan ke penulis, hehehe). hasilnya langsung ada yang beli, gak pake lama. Rasa-rasanya memang ada faktor keadaan yang mana memang barang yang sedang banyak dicari.


Saran penulis, sebelum melakukan iklan Tokopedia ads, ada baiknya mencari atau meriset dahulu barang yang akan diiklankan, kalau ternyata barang yang akan kita iklankan lagi menurun alias sepi peminat, akhirnya tidak laku, rugi pengeluaran biaya iklan. coba gunakan google trends dan Google keyword Planner. Ya sudah begitu saja ya...

Selasa, 02 Februari 2021

Pengalaman Menggunakan Ryzen 5 3400G

Review Ryzen 5 3400G Mantap


Dalam artikel kali ini, penulis akan menceritakan pengalaman menggunakan processor Ryzen 5 3400G, yang menurut penulis masih tergolong rakit pc murah. Awalnya penulis menggunakan Laptop, sudah lama penulis membayangkan Pc Dekstop sebagai komputer baru pengganti Laptop. Laptop penulis sejak lama sudah error karena HDD yang bermasalah, kipas yang mati sehingga menyebabkan Laptop panas. Lagi pula penulis jarang-jarang keluar yang mana harus membawa laptop.


Akhirnya penulis mencari Pc rakitan type gaming di berbagai marketplace. Yang pertama penulis mencari di Lazada. Penulis mendapatkan mendapatkan spesifikasi Intel Core i7, cuma processornya generasi lama, penulis lupa generasi keberapa, kalau gak salah generasi ke empat. Spesifikasi sih oke, cuma mahal, dana gak cukup, ditambah belum pernah membeli melalui marketplace Lazada. Akhirnya penulis membeli rakit pc di Tokopedia dengan total harga Rp 7.063.600 (Sudah termasuk onkir JNE dari Bandung ke Yogyakarta).


Harga awalnya sekitar 5 jutaan, membengkak jadi Rp 6,7 juta, karena penulis menambahkan SSD dan RAM. Spesifikasi awal dari toko cuma ssd 128g ditambah HDD 1TB plus RAM 8Gb saja, cuma penulis menambahkan ssd 240G dan ram 16GB. Awalnya penulis melihat Ryzen 3 2200G, harga cuma 4 jutaan, penulis memutuskan Ryzen 5 3400G, yang spesifikasi diatas Ryzen 3 2200G. O iya Ryzen yang kode belakangnya G itu berati ada Integrated GPU atau Processor dengan vga sendiri. Untuk Ryzen 5 3400G memiliki vga dengan nama Vega 11. Vga Radeon 11 ini bisa disetarakan dengan nvidia gtx 1030 ya. 


Bagaimana dengan performanya? Cukup lumayan jika memainkan game-game dengan setting low, penulis mencoba game Watch Dogs 2 dengan settingan low. bisa dimankan di 30 an fps lancar tanpa lag. game e-sport seperti cs go, Dota 2 lancar-lancar saja, bahkan di video youtube processor ini di coba di Red Dead Redemption 2, sangat bisa dimainkan, ya tentunya dimainkan dengan settingan Low ya. Penulis memang tidak memprioritaskan Pc gaming sih, kebanyakan digunakan untuk mengetiki, browsing dan nonton youtube.


Nah itulah pengalaman penulis menggunakan pc dengan spesifikasi Ryzen 5 3400G, mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca.


Untuk yang mau rakit pc budget 500 ribuan

Rakit pc dengan budget Rp 2,5 juta